TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH BIOLOGI PERIKANAN
REVIWE
PERKEMBANGAN
GONAD PADA IKAN
Di
Susun Oleh :
Nama
:
Husnul Latifah
Nim
:
15.1.11
BUDIDAYA PERIKANAN
Politeknik
Muhammadiyah Magelang
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
rahmat-Nya yang berlimpah, kami dapat menyusun makalah ini dengan baik sesuai
dengan kemampuan kami. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan kepada kami untuk menyelesaikan makalah
ini. Untuk selanjutnya kami mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah
wawasan bagi kami sendiri dan juga mahasiswa Politeknik Muhamadiyah Magelang.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik agar makalah ini mendekati sempurna, kami sadar
bahwa kesempurnaan hanya milik-Nya. Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini
berguna bagi kita semua.
Magelang,10 Maret 2016
Penulis
i
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
………………………………………………………….……….i
DAFTAR ISI
…………………………………………………………………………...ii
BAB I
PENDAHULUAN ……………………………………………………………...1
A.
Latar Belakang Masalah…………………………………………………..…….1
B.
Rumusan Masalah……………………………………………………….….…..1
C.
Tujuan Penulisan………………………………………………………….….....1
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………….…2
A.
Pengertian Gonad……………………………………………………….……....2
B.
Pengertian Kamatangan Gonad
……………………...…………………………3
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………..4
A.
Kesimpulan………………………………………………………………..…….5
B.
Saran …………………………………………………………………………....6
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………......7
ii
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Gonad
Gonad adalah organ reproduksi yang berfungsi menghasilkan
sel kelamin (gamet). Gonad yang terdapat pada tubuh ikan jantan tersebut
disebut testes yang berfungsi menghasilkan spermatozoa, sedangkan yang terdapat
pada individu ikan betina disebut ovari berfungsi menghasilkan telur.
Perkembangan gonad ikan berada di
bawah kontrol poros hipotalamus-hipofisisgonad yang dipengaruhi oleh sinyal
lingkungan, sistem hormon dan organ reproduksi (Kesuma.T;2013; dalam Zairin; 2003). Salah satu upaya
pengembangan perbenihan dalam memacu produksi hasil perikanan yaitu dengan
percepatan kematangan gonad. Secara alamiah, perkembangan gonad dipengaruhi
oleh akumulasi nutrien ke dalam pagosit nutritif melalui sintesis vitelogenin
(vitelogenesis), di bawah rangsangan hormon steroid (Unuma et al; 1999 dalam Kusuma, 2013). Vitelogenesis terjadi karena adanya sinyal
lingkungan yang diterima oleh syaraf radial. Sinyal lingkungan seringkali
kurang atau lemah dalam wadah budidaya (Ricky;2008 dalam Kusuma, 2013), sehingga untuk merangsang perkembangan dan
pematangan gonad perlu dilakukan manipulasi hormonal sebagai jalan pintas.
Hasil studi yang dilakukan pada ikan air laut seperti pada cobia (Rachycentron
canadus) (Widiastuti et al.(2005),
menunjukkan adanya respon kematangan gonad pada ikan yang diberi taurin. Apakah taurin juga berpengaruh dalam
kematangan gonad pada gurami, lele, nila, yang merupakan ikan air tawar.
B. Penambahan Zat Organik Pada Pakan
Kebutuhan nutrisi untuk ikan-ikan budidaya yang tersedia
umumnya hanya sebatas kebutuhan nutrien makro, seperti lemak dan protein, sedangkan informasi kebutuhan mikro nutrien,
seperti vitamin dan mineral, masih sangat terbatas. Berbagai penelitian membuktikan bahwa
kualitas pakan termasuk nutrien mikro
yang merupakan faktor penting yang berhubungan erat dengan kematangan gonad, jumlah telur yang
diproduksi, dan kualitas telur dan larva (Watanabe; 1988; dalam Sinjal, 2014). Keberadaan nutrien dalam telur ini merupakan akumulasi nutrien pada fase pematangan gonad. Dalam upaya untuk
lebih meningkatkan kualitas telur dan larva ikan, perlu diadakan perbaikan pengelolaan reproduksi dengan cara
mempercepat kematangan gonad dan perbaikan nutrisi induk terutama kebutuhan
akan vitamin.
Informasi kebutuhan gizi induk ikan untuk kepentingan
produksi benih masih sangat terbatas dan berbagai penelitian umumnya masih
ditekankan hanya pada kebutuhan protein dan lemak, dan ini telah terbukti bahwa
kecukupan protein dan lemak selama berlangsungnya siklus reproduksi sangat
mempengaruhi perkembangan ovarium dan mutu telur. Informasi kebutuhan nutrea
lainnya seperti vitamin pada saat siklus reproduksi masin sangat terbatas.
(Lutwak; 1958 dalam Sinjal; 2010)
telah mengawali pendapat adanya ketergantungan fungsi gonad atas vitamin. Dia
mencatat adanya fluktuasi asam askorbat (vitamin C) pada ovarium kelompok mamalia,
namun belum dimengerti peranannya dalam fisiologis-reproduksi.
Ikan lele , nila, gurameh, adalah spesies ikan air tawar
yang sudah populer dibudidayakan, disukai oleh masyarakat, mudah dibudidayakan
pada beberapa ekosistem, cepat pertumbuhannya dan mempunyai peluang sebagai
komoditas ekspor. Ikan ini mudah berbiak sepanjang tahun, dengan periode
pemijahan yang berfluktuasi. Informasi mengenai kebutuhan gizi spesifik vitamin
untuk pakan induk ikan lele belum banyak diketahui, namun diduga bahwa kesediaan
vitamin pada ovarium sangat berperanan dalam siklus reproduksi.
Pakan yang dimakan
pertama-tama akan digunakan untuk memelihara tubuh dan pergantian jaringan
tubuh yang rusak, aktivitas, pertumbuhan dan kelebihan dari pakan baru
digunakan untuk reproduksi. Pakan merupakan komponen penting dalam proses
pematangan gonad, karena proses vitelogenesis membutuhkan nutrien, kualitas
telur sangat ditentukan oleh kandungan nutrien yang ada dalam pakan, baik
kualitas maupun kuantitasnya (Izquirdo; 2015;
dalam Kesuma et al; 2013)Semua jenis ikan membutuhkan zat gizi yang baik,
biasanya terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral serta
energi untuk aktivitas. Jumlah zat gizi
yang dibutuhkan bergantung kepada jenis, ukuran, lingkungan hidup ikan dan
stadia reproduksi (Mokoginta et al; 1995; dalam
Kesuma et al; 2013). Asam amino
merupakan salah satu senyawa yang diperlukan dalam pertumbuhan ikan sehingga
dibutuhkan dalam jumlah yang cukup (Yulfiperius; 2003 dalam Kesuma et al; 2013).
Taurin merupakan salah satu jenis asam amino bebas yang berfungsi untuk
memacu pertumbuhan, dan penglihatan (Redmond ed al; 1983 dalam Kesuma et al; 2013).
Taurin berperan dalam proses osmoregulasi, modulasi, neurotransmitter,
pelepasan hormone, anti oksidasi. Taurin
juga berperan penting dalam proses reproduksi (Matsunari; 2006 dalam Kesuma et al; 2013)
Taurin adalah turunan asam amino yang membantu sistem syaraf
bekerja lebih mudah dalam mengantarkan air dan mineral ke dalam darah, sehingga
membuat metabolisme dalam tubuh berjalan dengan baik. Jika jumlah asam amino lebih banyak daripada
karbohidrat dan protein, maka tubuh akan menggunakannya sebagai sumber energi
(Preventionindonesia; 2009; dalam
Marcellia, 2013). Pakan pelet banyak di gunakan dalam usaha budidaya karena
diperlukan oleh ikan seperti protein, lemak, dan karbohidrat yang telah
disesuaikan dengan kebutuhan ikan .Sebuah penelitian menunjukan bahwa
penambahan senyawa osmolit organik taurin pada pakan buatan berupa pelet dapat
meningkatkan laju pertumbuhan dan tingkat kematangan gonad ikan nila
(Oreochromis niloticus). Penambahan senyawa taurin pada Pertumbuhan berat ikan nila lebih besar dibandingkan
dengan kontrol. Pertambahan rata-rata
berat tubuh nila pada perlakuan pelet taurin yang paling besar terjadi pada
hari ke-30 dengan perbedaan pertambahan berat antara kontrol dan penambahan
taurin sebesar 3,71 g. Secara
berturut-turut perbedaan penambahan berat badan dari hari ke 10 pengamatan
hingga hari ke 30 antara pemberian taurin dengan kontrol adalah sebagai
berikut, 2,97 g, 2,80 g, dan 3, 71. Pada ikan gurameh penambahan senyawa taurin
juga berdampak pada Pertambahan berat
tubuh ikan gurami perlakuan kontrol dan perlakuan taurin berdasarkan penelitian
setiap 20 hari yang dianalisis statistik t-test (α = 5%) dapat dilihat bahwa
hasil pengukuran rerata pertambahan berat gurami yang dianalisis menggunakan
uji TTest menunjukkan bahwa pada kedua perlakuan memiliki perbedaan yang
nyata. Nilai rerata pertambahan berat
pada perlakuan taurin cenderung lebih besar dibandingkan pada perlakuan
kontrol. Pada perlakuan taurin nilai
pertambahan rerata berat mengalami kenaikan tertinggi pada hari ke 40 yaitu sebesar 1,85 g. Sedangkan pada perlakuan kontrol nilai rerata
pertambahan berat mengalami kenaikan tertinggi pada hari ke-60 yaitu sebesar
1,92g. Pada penelitian ini penambahan
taurin pada pakan diduga memiliki
pengaruh terhadap pertambahan berat tubuh gurami. Menurut
(Redmond et al; 1983 dalam
Kesuma et al; 2013), taurin berfungsi untuk stabilitas membran, keseimbangan
homeostatis dari kalsium, menstimulasi glikolisis dan glikogenesis, memacu
pertumbuhan dan penglihatan.
C.
Tingkat
Kematangan Gonad
Dalam melaksanakan pembenihan dan budidaya ikan secara
berkelanjutan, ketergantungan pada indukinduk dari alam harus dikurangi secara
bertahap dan digantikan dengan indukinduk produksi hatcheri hasil domestikasi.
Untuk mendukung keberhasilan pembenihan ini maka perlu dipelajari aspek
reproduksi dari indukinduk hasil budidaya, sehingga dapat diketahui ukuran
induk ikan hasil budidaya tersebut matang gonad.
Menurut (Goeden; 1978 dalam
Sari et al; 2014) , di alam ikan kerapu sunu dewasa yang terkecil berukuran
panjang standar 21 cm pada umur 2 tahun dan terbesar dengan panjang 47 cm pada
umur 4 tahun. Sedangkan ikan jantan matang gonad pada ukuran 30 cm (umur 3
tahun). Ikan kerapu mempunyai sifat protogenous hermaprodit, yakni menga lami
perubahan kelamin dari betina menjadi jantan. Perubahan kelamin ini terjadi
setelah ikan mencapai ukuran (bobot) dan atau umur tertentu (Allsop et al; 2003
dalam Sari et al; 2014). Menurut
(Alamsyah et al; 2013 dalam Sari et
al; 2014), ikan kerapu P. areolatus betina memiliki kisaran panjang 29-40 cm
dengan bobot tubuh 300-1200 g sedangkan ikan jantan memiliki kisaran ukuran
panjang 41-46 cm dengan bobot tubuh 1000-1500 g. Pada ikan P. leopardus
menunjukkan perubahan jenis kelamin dari betina ke jantan pada ukuran panjang
45 cm (Trisakti, 2003). kerapu bebek (C. altivelis) mulai matang gonad pada
ukuran panjang 36 cm atau bobot 1000 g, sedangkan jantan mulai matang gonad
pada ukuran panjang 48 cm atau bobot 2500 g dan ikan E. coiodes mulai matang
gonad pada ukuran panjang 55 cm (Widodo; 2006 dalam Sari et al; 2014). Menurut (Mujimin; dalam Sari et al; 2008),
bahwa hermaprodit yang terjadi pada ikan kerapu sunu yaitu pada waktu ikan
kerapu sunu masih kecil akan terlihat betina setelah besar akan menjadi jantan
dan tidak akan kembali lagi ke betina. Perubahan tersebut tergantung pada
ukuran, umur dan jenisnya (Tridjoko; 2010 dalam
Sari et al; 2014). Sementara untuk ikan kerapu sunu hasil budidaya, baru
diperoleh beberapa literature yang membahas tentang pematangan gonad dan upaya
percepatan perubahan jenis kelamin (Sembiring et al; 2012 dalam Sari et al; 2014). Penggunaan hormon untuk memacu perubahan
sex cenderung mempercepat pematangan gonad ikan betina dengan ukuran 400-500 g.
Namun tidak ditemukan adanya induk yang berubah jenis kelamin. Oleh karena itu
diduga bahwa untuk mencapai matang gonad induk betina dapat dipacu dengan
pengunaan hormon LHRH-a tetapi untuk menjadi jantan tidak cukup hanya dengan
menggunakan hormon bahkan mungkin, umur yang paling berperan dibandingkan
dengan ukuran.
Pada ikan lele Hasil penelitian untuk lama waktu pematangan
gonad pada tiap perlakuan berbeda. Ikan lele yang matang gonad dimulai pada
hari ke 38 hinggga hari ke 59. Rerataan lama waktu matang gonad ika lele
(Clarias sp) akibat perlakuan penambahan vitamin C dapat dilihat sebagai
berikut ;
Pematangan
gonad tercepat terdapat pada dosis vitamin C 1200 mg/kg pakan (Perlakuan C)
dengan rerataan 39.33 hari dan daya tetas telur yang paling tinggi terdapat
pada perlakuan vitamin C 1200 mg/kg pakan (Perlakuan C) dengan rerataan 83 %
dan Ketahanan hidup larva yang paling lama adalah perlakuan vitamin C 1200
mg/kg pakan (Perlakuan C) dengan rerataan 7,66 hari.
Penambahan taurin pada ikan nila dengan perlakuan kontrol
rerata pertambahan panjang pada hari ke-10 memiliki perbedaan sebesar 0,10
g. Pada perlakuan penambahan taurin,
rerata pertambahan panjang yang paling tinggi antara hari ke-20 dan hari ke-30
mengalami kenaikan sebesar 0,08 g, sedangkan pada perlakuan kontrol rerata
pertambahan panjang yang paling tinggi juga terjadi antara hari ke-20 dan ke-30
sebesar 0,10 g. Dengan demikian
pertambahan rerata panjang tertinggi ikan nila pada perlakuan penambahan taurin
dan kontrol terjadi pada hari ke-30.
Namun, rerata pertambahan panjang tubuh nila pada perlakuan dengan penambahan
taurin lebih besar dibandingkan perlakuan kontrol. Diduga penambahan taurin dimanfaatkan untuk
pemenuh kebutuhan protein melalui efisiensi pakannya. Pengukuran lingkar badan berkaitan dengan
pertumbuhan organ reproduksi yang terdapat pada bagian perut ikan. Secara statistik dengan menggunakan uji
T-test (dengan α=5%) menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada hari ke-10,
hari ke-20, dan hari ke-30. Semakin
banyak cadangan lemak tersimpan maka semakin baik untuk perkembangan gonad,
karena lemak merupakan komponen penting sebagai sumber energi yang diketahui
dapat memicu pemijahan (fish; 2007 dalam
Marcellia et al; 2013). Pada pengukuran hari ke-10 pertambahan rerata lingkar
badan nila pada perlakuan penambahan taurin lebih kecil jika dibandingkan
dengan perlakuan kontrol. Namun untuk
hari ke-20 dan ke-30 pertambahan rerata lingkar badan lebih besar pada
perlakuan penambahan taurin daripada perlakuan kontrol.Berat tubuh selalu
diikuti dengan pertambahan lingkar badannya, sehingga lingkar badan dapat
digunakan untuk mengetahui pendugaan perkembangan gonad yang terletak di bagian
perut tubuh ikan. Laju pertumbuhan ikan nila sangat diperlukan dalam usaha
budidaya. Laju pertumbuhan ditentukan
berdasarkan selisih berat awal dan akhir per waktu pemeliharaan.
Pada perlakuan taurin dan kontrol,
keduanya tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Rerata Indeks Gonad Somatik (IGS) pada hari
ke-30 terlihat lebih besar pada perlakuan kontrol dibandingkan perlakuan pelet
taurin. Pada pengamatan antara hari
ke-10 dan ke-20 perlakuan penambahan taurin nilai rerata IGS mengalami
penurunan sebesar 0,8 g, tetapi dihari ke-30 rerata IGS naik sebanyak 0,85
g. Sedangkan pada perlakuan kontrol
nilai rerata IGS mengalami pertambahan disetiap per 10 hari pengukuran. Dengan
demikian, perkembangan dan kematangan gonad tidak dipengaruhi oleh asupan
senyawa organik taurin (Effendi; 2002 dalam
Marcellia et al; 2013).
Pada ikan gurameh taurin tidak memiliki pengaruh terhadap
perkembangan gonad. Hal ini diduga karena
ikan yang digunakan pada penelitian ini merupakan ikan gurami pra dewasa yang
memiliki ukuran atau berat tubuh terlalu kecil sehingga penambahan taurin pada
pakan masih digunakan untuk proses pertumbuhan bukan untuk perkembangan gonad. Menurut (Adelina; 1997 dalm Kesuma et al; 2013),
sisa energi (protein dan lemak) hasil metabolisme digunakan untuk proses
pertumbuhan, dan pertumbuhan jaringan osmotik berbeda dengan pertumbuhan
gonad. Selain itu, (Nikolsky et al; 1969
dalm Kasuma et al; 2013) juga mengungkapkan,
ukuran dan berat tubuh ikan memiliki hubungan terhadap kematangan gonad, karena secara alamiah ukuran dan berat tubuh
ikan merupakan tanda utama yang digunakan untuk membedakan kematangan gonad
berdasarkan beratnya. Faktor lain seperti kurangnya pemberian nutrisi pakan
untuk proses perkembangan dan kematangan gonad serta pemberian dosis senyawa
osmolit organik taurin yang mungkin belum mencukupi untuk menstimulasi hormon
reproduksi. Meskipun senyawa osmolit
organik taurin berfungsi sebagai neurotransmitter dan diduga berperan penting untuk memberikan
stimulasi pada bagian adhenohiposis pada hipotalamus yang dapat melepaskan
hormon-hormon reproduksi, kemudian bekerja pada
gonad yang membantu dalam proses kematangan gonad. Selain itu, karena ukuran gurami yang masih
terlalu kecil berkisar 150-200 g sehinnga untuk mencapai tingkat kematangan
gonad dibutuhkan waktu yang lebih lama. Sedangkan ukuran gurami pertama kali
matang gonad berkisar 2- 3 kg yang merupakan gurami dewasa.
(Kordi; 2010 dalam
Kasuma et al; 2013) mengatakan bahwa
perkembangan gonad ikan secara garis besar terbagi menjadi dua tahap
perkembangan utama, yaitu tahap perkembangan gonad hingga mencapai tingkat
dewasa kelamin (sexually mature) dan tahap pematangan produk seksual
(gamet). Tahap pertama berlangsung sejak
telur menetas atau lahir hingga mencapai dewasa kelamin dan tahap kedua
berlangsung setelah ikan dewasa. Proses
kedua berlangsung dan berkesinambungan selama fungsi reproduksi berjalan
normal. Gonad jantan dan betina umumnya
memiliki karakteristik yang sangat berbeda.
Pada gonad betina umumnya memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan
dengan gonad jantan. Gonad betina
(ovarium) berwarna agak kekuningan, diselubungi lemak, dan berpasangan. Sedangkan gonad jantan berbentuk pipih,
berwarna putih susu, dan berpasangan. Pada penelitian ini gonad yang
ditemukan pada saat pembedahan belum dapat dibedakan antara gonad jantan atau
betina. Hal ini disebabkan oleh ukuran
ikan atau berat tubuh ikan yang terlalu kecil berkisar 150-200 g sehingga untuk
mencapai tingkat kematangan gonad dibutuhkan waktu yang lebih lama.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan
mengenai perkembangan gonad pada ikan ketika kita akan melakukan budidaya jauh
sebelumnya kita bisa mengetahui terlebihi dahulu, nilai berat dan panjang ikan
yang akan di budidayakan. Kematangan gonad sangat penting karena berhubungan
dengan pemijahan. Induk ikan yang matang gonad dapat
diketahui dengan melihat morfologi pada tubuh bagian luar, seperti bagian perut
dan warna.Waktu pertama kali matang gonad setiap individu ikan tidak sama,
tergantung pada faktor umur lingkungan dan nilai ferekunditas tergantung pada
komposisi terlur dan kematangan gonad.
1. Penambahan vitamin C 1200 mg/kg
pakan adalah perlakuan yang terbaik dengan menghasilkan lama waktu matang gonad
39.33 hari, dan presentase daya tetas telur 83 % serta lama waktu ketahanan hidup larva 7.66
hari. Penambahan vitamin C mg/kg
pakan memberikan pengaruh pada lama waktu matang gonad, daya tetas telur dan
ketahanan hidup larva ikan lele (Clarias sp).
2. Senyawa
osmolit organik taurin berpengaruh pada pertambahan berat tubuh, panjang tubuh,
dan lingkar perut ikan nila.
3. Penambahan senyawa osmolit organik
taurin pada pakan tidak berpengaruh terhadap perkembangan gonad gurami jantan
atau betina, tetapi memiliki pengaruh terhadap pertambahan berat tubuh gurami.
4. Dari kondisi gonad dapat disimpulkan
bahwa ikan kerapu sunu bersifat asynchronous. Ikan kerapu sunu jantan sebanyak
2 ekor telah matang gond dengan berat antara 1.590-1.650 g.
B. SARAN
Sebelum
melakukan pemijahan ikan, sebaiknya perlu mengetahui tingkat kematangan gonad
tersebut sehingga kemungkinan pemijahan yang akan dilakukan akan memperoleh
keberhasilan. Dalam menghitung nilai fekunditas, sebaiknya dilakukan dengan
beberapa metode sehingga data yang diperoleh akan lebih spesifik. Seperti
metode jumlah, metode volumetrik, dan metode gravimetrik.
DAFTAR
PUSTAKA
Sembiring, S; R.Andamari, A. Muzaki,I.K.Wardana,
J.H. Hutapea, dan N.W.W. Astuti.2014
Sinjal. H. 2014
Marcellia, S; E.L. Widiastuti, N.
Nurcahyani, dan I.F. Rivai.2013
Kesuma, T.I;E.L. Widiastuti, N.
Nurcahyati, G.N. Susanto. 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar