Nofi Photo

Nofi Photo
Fotografer Propesional

Senin, 14 Maret 2016

biologi perikanan










TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH BIOLOGI PERIKANAN
REVIWE
PERKEMBANGAN GONAD PADA IKAN



Di Susun Oleh :
Nama               : Husnul Latifah
Nim                  :  15.1.11


BUDIDAYA PERIKANAN
Politeknik Muhammadiyah Magelang
2016


















KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya yang berlimpah, kami dapat menyusun makalah ini dengan baik sesuai dengan kemampuan kami. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk selanjutnya kami mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kami sendiri dan juga mahasiswa Politeknik Muhamadiyah Magelang. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik agar makalah ini mendekati sempurna, kami sadar bahwa kesempurnaan hanya milik-Nya. Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi kita semua.



Magelang,10 Maret 2016
                                                                                                    
                                                                                        
                                                                                          Penulis




i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….……….i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………...1
A.    Latar Belakang Masalah…………………………………………………..…….1
B.     Rumusan Masalah……………………………………………………….….…..1
C.     Tujuan Penulisan………………………………………………………….….....1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………….…2
A.    Pengertian Gonad……………………………………………………….……....2
B.     Pengertian Kamatangan Gonad ……………………...…………………………3
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………..4
A.    Kesimpulan………………………………………………………………..…….5
B.     Saran …………………………………………………………………………....6
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………......7









ii























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Gonad

Gonad adalah organ reproduksi yang berfungsi menghasilkan sel kelamin (gamet). Gonad yang terdapat pada tubuh ikan jantan tersebut disebut testes yang berfungsi menghasilkan spermatozoa, sedangkan yang terdapat pada individu ikan betina disebut ovari berfungsi menghasilkan telur. Perkembangan gonad ikan berada di bawah kontrol poros hipotalamus-hipofisisgonad yang dipengaruhi oleh sinyal lingkungan, sistem hormon dan organ reproduksi (Kesuma.T;2013; dalam Zairin; 2003). Salah satu upaya pengembangan perbenihan dalam memacu produksi hasil perikanan yaitu dengan percepatan kematangan gonad. Secara alamiah, perkembangan gonad dipengaruhi oleh akumulasi nutrien ke dalam pagosit nutritif melalui sintesis vitelogenin (vitelogenesis), di bawah rangsangan hormon steroid (Unuma et al; 1999 dalam Kusuma, 2013).  Vitelogenesis terjadi karena adanya sinyal lingkungan yang diterima oleh syaraf radial. Sinyal lingkungan seringkali kurang atau lemah dalam wadah budidaya (Ricky;2008 dalam Kusuma, 2013), sehingga untuk merangsang perkembangan dan pematangan gonad perlu dilakukan manipulasi hormonal sebagai jalan pintas. Hasil studi yang dilakukan pada ikan air laut seperti pada cobia (Rachycentron canadus)  (Widiastuti et al.(2005), menunjukkan adanya respon kematangan gonad pada ikan yang diberi taurin.  Apakah taurin juga berpengaruh dalam kematangan gonad pada gurami, lele, nila, yang merupakan ikan air tawar.









B.     Penambahan Zat Organik Pada Pakan
Kebutuhan nutrisi untuk ikan-ikan budidaya yang tersedia umumnya hanya sebatas kebutuhan nutrien makro, seperti lemak dan protein,  sedangkan informasi kebutuhan mikro nutrien, seperti vitamin dan mineral, masih sangat terbatas.  Berbagai penelitian membuktikan bahwa kualitas pakan  termasuk nutrien mikro yang merupakan faktor penting yang berhubungan erat dengan  kematangan gonad, jumlah telur yang diproduksi, dan kualitas telur dan larva (Watanabe; 1988; dalam Sinjal, 2014). Keberadaan nutrien dalam telur  ini merupakan akumulasi nutrien  pada fase pematangan gonad. Dalam upaya untuk lebih meningkatkan kualitas telur dan larva ikan, perlu diadakan  perbaikan pengelolaan reproduksi dengan cara mempercepat kematangan gonad dan perbaikan nutrisi induk terutama kebutuhan akan vitamin.
Informasi kebutuhan gizi induk ikan untuk kepentingan produksi benih masih sangat terbatas dan berbagai penelitian umumnya masih ditekankan hanya pada kebutuhan protein dan lemak, dan ini telah terbukti bahwa kecukupan protein dan lemak selama berlangsungnya siklus reproduksi sangat mempengaruhi perkembangan ovarium dan mutu telur. Informasi kebutuhan nutrea lainnya seperti vitamin pada saat siklus reproduksi masin sangat terbatas. (Lutwak; 1958 dalam Sinjal; 2010) telah mengawali pendapat adanya ketergantungan fungsi gonad atas vitamin. Dia mencatat adanya fluktuasi asam askorbat (vitamin C) pada ovarium kelompok mamalia, namun belum dimengerti peranannya dalam fisiologis-reproduksi.
Ikan lele , nila, gurameh, adalah spesies ikan air tawar yang sudah populer dibudidayakan, disukai oleh masyarakat, mudah dibudidayakan pada beberapa ekosistem, cepat pertumbuhannya dan mempunyai peluang sebagai komoditas ekspor. Ikan ini mudah berbiak sepanjang tahun, dengan periode pemijahan yang berfluktuasi. Informasi mengenai kebutuhan gizi spesifik vitamin untuk pakan induk ikan lele belum banyak diketahui, namun diduga bahwa kesediaan vitamin pada ovarium sangat berperanan dalam siklus reproduksi.
 Pakan yang dimakan pertama-tama akan digunakan untuk memelihara tubuh dan pergantian jaringan tubuh yang rusak, aktivitas, pertumbuhan dan kelebihan dari pakan baru digunakan untuk reproduksi. Pakan merupakan komponen penting dalam proses pematangan gonad, karena proses vitelogenesis membutuhkan nutrien, kualitas telur sangat ditentukan oleh kandungan nutrien yang ada dalam pakan, baik kualitas maupun kuantitasnya (Izquirdo; 2015; dalam Kesuma et al; 2013)Semua jenis ikan membutuhkan zat gizi yang baik, biasanya terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral serta energi untuk aktivitas.  Jumlah zat gizi yang dibutuhkan bergantung kepada jenis, ukuran, lingkungan hidup ikan dan stadia reproduksi (Mokoginta et al; 1995; dalam Kesuma et al; 2013).  Asam amino merupakan salah satu senyawa yang diperlukan dalam pertumbuhan ikan sehingga dibutuhkan dalam jumlah yang cukup (Yulfiperius; 2003 dalam Kesuma et al; 2013).  Taurin merupakan salah satu jenis asam amino bebas yang berfungsi untuk memacu pertumbuhan, dan penglihatan (Redmond ed al; 1983 dalam Kesuma et al; 2013).  Taurin berperan dalam proses osmoregulasi, modulasi, neurotransmitter, pelepasan hormone, anti oksidasi.  Taurin juga berperan penting dalam proses reproduksi (Matsunari; 2006 dalam Kesuma et al; 2013)
Taurin adalah turunan asam amino yang membantu sistem syaraf bekerja lebih mudah dalam mengantarkan air dan mineral ke dalam darah, sehingga membuat metabolisme dalam tubuh berjalan dengan baik.  Jika jumlah asam amino lebih banyak daripada karbohidrat dan protein, maka tubuh akan menggunakannya sebagai sumber energi (Preventionindonesia; 2009; dalam Marcellia, 2013). Pakan pelet banyak di gunakan dalam usaha budidaya karena diperlukan oleh ikan seperti protein, lemak, dan karbohidrat yang telah disesuaikan dengan kebutuhan ikan .Sebuah penelitian menunjukan bahwa penambahan senyawa osmolit organik taurin pada pakan buatan berupa pelet dapat meningkatkan laju pertumbuhan dan tingkat kematangan gonad ikan nila (Oreochromis niloticus). Penambahan  senyawa taurin pada Pertumbuhan  berat ikan nila lebih besar dibandingkan dengan kontrol.  Pertambahan rata-rata berat tubuh nila pada perlakuan pelet taurin yang paling besar terjadi pada hari ke-30 dengan perbedaan pertambahan berat antara kontrol dan penambahan taurin sebesar 3,71 g.  Secara berturut-turut perbedaan penambahan berat badan dari hari ke 10 pengamatan hingga hari ke 30 antara pemberian taurin dengan kontrol adalah sebagai berikut, 2,97 g, 2,80 g, dan 3, 71. Pada ikan gurameh penambahan senyawa taurin juga berdampak pada  Pertambahan berat tubuh ikan gurami perlakuan kontrol dan perlakuan taurin berdasarkan penelitian setiap 20 hari yang dianalisis statistik t-test (α = 5%) dapat dilihat bahwa hasil pengukuran rerata pertambahan berat gurami yang dianalisis menggunakan uji TTest menunjukkan bahwa pada kedua perlakuan memiliki perbedaan yang nyata.  Nilai rerata pertambahan berat pada perlakuan taurin cenderung lebih besar dibandingkan pada perlakuan kontrol.  Pada perlakuan taurin nilai pertambahan rerata berat mengalami kenaikan tertinggi pada hari ke  40 yaitu sebesar 1,85 g.  Sedangkan pada perlakuan kontrol nilai rerata pertambahan berat mengalami kenaikan tertinggi pada hari ke-60 yaitu sebesar 1,92g.  Pada penelitian ini penambahan taurin pada pakan diduga  memiliki pengaruh terhadap pertambahan berat tubuh gurami.   Menurut   (Redmond et al; 1983 dalam Kesuma et al; 2013), taurin berfungsi untuk stabilitas membran, keseimbangan homeostatis dari kalsium, menstimulasi glikolisis dan glikogenesis, memacu pertumbuhan dan penglihatan.






















C.     Tingkat Kematangan Gonad
Dalam melaksanakan pembenihan dan budidaya ikan secara berkelanjutan, ketergantungan pada indukinduk dari alam harus dikurangi secara bertahap dan digantikan dengan indukinduk produksi hatcheri hasil domestikasi. Untuk mendukung keberhasilan pembenihan ini maka perlu dipelajari aspek reproduksi dari indukinduk hasil budidaya, sehingga dapat diketahui ukuran induk ikan hasil budidaya tersebut matang gonad.
Menurut (Goeden; 1978 dalam Sari et al; 2014) , di alam ikan kerapu sunu dewasa yang terkecil berukuran panjang standar 21 cm pada umur 2 tahun dan terbesar dengan panjang 47 cm pada umur 4 tahun. Sedangkan ikan jantan matang gonad pada ukuran 30 cm (umur 3 tahun). Ikan kerapu mempunyai sifat protogenous hermaprodit, yakni menga lami perubahan kelamin dari betina menjadi jantan. Perubahan kelamin ini terjadi setelah ikan mencapai ukuran (bobot) dan atau umur tertentu (Allsop et al; 2003 dalam Sari et al; 2014). Menurut (Alamsyah et al; 2013 dalam Sari et al; 2014), ikan kerapu P. areolatus betina memiliki kisaran panjang 29-40 cm dengan bobot tubuh 300-1200 g sedangkan ikan jantan memiliki kisaran ukuran panjang 41-46 cm dengan bobot tubuh 1000-1500 g. Pada ikan P. leopardus menunjukkan perubahan jenis kelamin dari betina ke jantan pada ukuran panjang 45 cm (Trisakti, 2003). kerapu bebek (C. altivelis) mulai matang gonad pada ukuran panjang 36 cm atau bobot 1000 g, sedangkan jantan mulai matang gonad pada ukuran panjang 48 cm atau bobot 2500 g dan ikan E. coiodes mulai matang gonad pada ukuran panjang 55 cm (Widodo; 2006 dalam Sari et al; 2014). Menurut (Mujimin; dalam Sari et al; 2008), bahwa hermaprodit yang terjadi pada ikan kerapu sunu yaitu pada waktu ikan kerapu sunu masih kecil akan terlihat betina setelah besar akan menjadi jantan dan tidak akan kembali lagi ke betina. Perubahan tersebut tergantung pada ukuran, umur dan jenisnya (Tridjoko; 2010 dalam Sari et al; 2014). Sementara untuk ikan kerapu sunu hasil budidaya, baru diperoleh beberapa literature yang membahas tentang pematangan gonad dan upaya percepatan perubahan jenis kelamin (Sembiring et al; 2012 dalam Sari et al; 2014). Penggunaan hormon untuk memacu perubahan sex cenderung mempercepat pematangan gonad ikan betina dengan ukuran 400-500 g. Namun tidak ditemukan adanya induk yang berubah jenis kelamin. Oleh karena itu diduga bahwa untuk mencapai matang gonad induk betina dapat dipacu dengan pengunaan hormon LHRH-a tetapi untuk menjadi jantan tidak cukup hanya dengan menggunakan hormon bahkan mungkin, umur yang paling berperan dibandingkan dengan ukuran.  
Pada ikan lele Hasil penelitian untuk lama waktu pematangan gonad pada tiap perlakuan berbeda. Ikan lele yang matang gonad dimulai pada hari ke 38 hinggga hari ke 59. Rerataan lama waktu matang gonad ika lele (Clarias sp) akibat perlakuan penambahan vitamin C dapat dilihat sebagai berikut ;
Pematangan gonad tercepat terdapat pada dosis vitamin C 1200 mg/kg pakan (Perlakuan C) dengan rerataan 39.33 hari dan daya tetas telur yang paling tinggi terdapat pada perlakuan vitamin C 1200 mg/kg pakan (Perlakuan C) dengan rerataan 83 % dan Ketahanan hidup larva yang paling lama adalah perlakuan vitamin C 1200 mg/kg pakan (Perlakuan C) dengan rerataan 7,66 hari.
Penambahan taurin pada ikan nila dengan perlakuan kontrol rerata pertambahan panjang pada hari ke-10 memiliki perbedaan sebesar 0,10 g.  Pada perlakuan penambahan taurin, rerata pertambahan panjang yang paling tinggi antara hari ke-20 dan hari ke-30 mengalami kenaikan sebesar 0,08 g, sedangkan pada perlakuan kontrol rerata pertambahan panjang yang paling tinggi juga terjadi antara hari ke-20 dan ke-30 sebesar 0,10 g.  Dengan demikian pertambahan rerata panjang tertinggi ikan nila pada perlakuan penambahan taurin dan kontrol terjadi pada hari ke-30.  Namun, rerata pertambahan panjang tubuh nila pada perlakuan dengan penambahan taurin lebih besar dibandingkan perlakuan kontrol.  Diduga penambahan taurin dimanfaatkan untuk pemenuh kebutuhan protein melalui efisiensi pakannya.   Pengukuran lingkar badan berkaitan dengan pertumbuhan organ reproduksi yang terdapat pada bagian perut ikan.  Secara statistik dengan menggunakan uji T-test (dengan α=5%) menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada hari ke-10, hari ke-20, dan hari ke-30.  Semakin banyak cadangan lemak tersimpan maka semakin baik untuk perkembangan gonad, karena lemak merupakan komponen penting sebagai sumber energi yang diketahui dapat memicu pemijahan (fish; 2007 dalam Marcellia et al; 2013). Pada pengukuran hari ke-10 pertambahan rerata lingkar badan nila pada perlakuan penambahan taurin lebih kecil jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol.  Namun untuk hari ke-20 dan ke-30 pertambahan rerata lingkar badan lebih besar pada perlakuan penambahan taurin daripada perlakuan kontrol.Berat tubuh selalu diikuti dengan pertambahan lingkar badannya, sehingga lingkar badan dapat digunakan untuk mengetahui pendugaan perkembangan gonad yang terletak di bagian perut tubuh ikan. Laju pertumbuhan ikan nila sangat diperlukan dalam usaha budidaya.  Laju pertumbuhan ditentukan berdasarkan selisih berat awal dan akhir per waktu pemeliharaan. Pada perlakuan taurin dan kontrol, keduanya tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata.  Rerata Indeks Gonad Somatik (IGS) pada hari ke-30 terlihat lebih besar pada perlakuan kontrol dibandingkan perlakuan pelet taurin.  Pada pengamatan antara hari ke-10 dan ke-20 perlakuan penambahan taurin nilai rerata IGS mengalami penurunan sebesar 0,8 g, tetapi dihari ke-30 rerata IGS naik sebanyak 0,85 g.  Sedangkan pada perlakuan kontrol nilai rerata IGS mengalami pertambahan disetiap per 10 hari pengukuran. Dengan demikian, perkembangan dan kematangan gonad tidak dipengaruhi oleh asupan senyawa organik taurin (Effendi; 2002 dalam Marcellia et al; 2013).    
Pada ikan gurameh taurin tidak memiliki pengaruh terhadap perkembangan gonad.  Hal ini diduga karena ikan yang digunakan pada penelitian ini merupakan ikan gurami pra dewasa yang memiliki ukuran atau berat tubuh terlalu kecil sehingga penambahan taurin pada pakan masih digunakan untuk proses pertumbuhan bukan untuk perkembangan gonad.  Menurut (Adelina; 1997 dalm  Kesuma et al; 2013), sisa energi (protein dan lemak) hasil metabolisme digunakan untuk proses pertumbuhan, dan pertumbuhan jaringan osmotik berbeda dengan pertumbuhan gonad.  Selain itu, (Nikolsky et al; 1969 dalm Kasuma et al; 2013) juga mengungkapkan, ukuran dan berat tubuh ikan memiliki hubungan terhadap kematangan gonad,  karena secara alamiah ukuran dan berat tubuh ikan merupakan tanda utama yang digunakan untuk membedakan kematangan gonad berdasarkan beratnya. Faktor lain seperti kurangnya pemberian nutrisi pakan untuk proses perkembangan dan kematangan gonad serta pemberian dosis senyawa osmolit organik taurin yang mungkin belum mencukupi untuk menstimulasi hormon reproduksi.  Meskipun senyawa osmolit organik taurin berfungsi sebagai neurotransmitter  dan diduga berperan penting untuk memberikan stimulasi pada bagian adhenohiposis pada hipotalamus yang dapat melepaskan hormon-hormon reproduksi, kemudian bekerja pada  gonad yang membantu dalam proses kematangan gonad.  Selain itu, karena ukuran gurami yang masih terlalu kecil berkisar 150-200 g sehinnga untuk mencapai tingkat kematangan gonad dibutuhkan waktu yang lebih lama. Sedangkan ukuran gurami pertama kali matang gonad berkisar 2- 3 kg yang merupakan gurami dewasa.   
(Kordi; 2010 dalam Kasuma   et al; 2013) mengatakan bahwa perkembangan gonad ikan secara garis besar terbagi menjadi dua tahap perkembangan utama, yaitu tahap perkembangan gonad hingga mencapai tingkat dewasa kelamin (sexually mature) dan tahap pematangan produk seksual (gamet).  Tahap pertama berlangsung sejak telur menetas atau lahir hingga mencapai dewasa kelamin dan tahap kedua berlangsung setelah ikan dewasa.  Proses kedua berlangsung dan berkesinambungan selama fungsi reproduksi berjalan normal.  Gonad jantan dan betina umumnya memiliki karakteristik yang sangat berbeda.  Pada gonad betina umumnya memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan gonad jantan.  Gonad betina (ovarium) berwarna agak kekuningan, diselubungi lemak, dan berpasangan.  Sedangkan gonad jantan berbentuk pipih, berwarna putih susu, dan berpasangan. Pada penelitian ini gonad yang ditemukan pada saat pembedahan belum dapat dibedakan antara gonad jantan atau betina.  Hal ini disebabkan oleh ukuran ikan atau berat tubuh ikan yang terlalu kecil berkisar 150-200 g sehingga untuk mencapai tingkat kematangan gonad dibutuhkan waktu yang lebih lama.

















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kesimpulan mengenai perkembangan gonad pada ikan ketika kita akan melakukan budidaya jauh sebelumnya kita bisa mengetahui terlebihi dahulu, nilai berat dan panjang ikan yang akan di budidayakan. Kematangan gonad sangat penting karena berhubungan dengan pemijahan. Induk ikan yang matang gonad dapat diketahui dengan melihat morfologi pada tubuh bagian luar, seperti bagian perut dan warna.Waktu pertama kali matang gonad setiap individu ikan tidak sama, tergantung pada faktor umur lingkungan dan nilai ferekunditas tergantung pada komposisi terlur dan kematangan gonad.
1.      Penambahan vitamin C 1200 mg/kg pakan adalah perlakuan yang terbaik dengan menghasilkan lama waktu matang gonad 39.33 hari, dan presentase daya tetas telur 83 %  serta lama waktu ketahanan hidup larva 7.66 hari.     Penambahan vitamin C mg/kg pakan memberikan pengaruh pada lama waktu matang gonad, daya tetas telur dan ketahanan hidup larva ikan lele (Clarias sp).
2.                                                                                                                                                                                                               Senyawa osmolit organik taurin berpengaruh pada pertambahan berat tubuh, panjang tubuh, dan lingkar perut ikan nila.
3.      Penambahan senyawa osmolit organik taurin pada pakan tidak berpengaruh terhadap perkembangan gonad gurami jantan atau betina, tetapi memiliki pengaruh terhadap pertambahan berat tubuh gurami.
4.      Dari kondisi gonad dapat disimpulkan bahwa ikan kerapu sunu bersifat asynchronous. Ikan kerapu sunu jantan sebanyak 2 ekor telah matang gond dengan berat antara 1.590-1.650 g.
B.     SARAN
Sebelum melakukan pemijahan ikan, sebaiknya perlu mengetahui tingkat kematangan gonad tersebut sehingga kemungkinan pemijahan yang akan dilakukan akan memperoleh keberhasilan. Dalam menghitung nilai fekunditas, sebaiknya dilakukan dengan beberapa metode sehingga data yang diperoleh akan lebih spesifik. Seperti metode jumlah, metode volumetrik, dan metode gravimetrik.
DAFTAR PUSTAKA
Sembiring, S; R.Andamari, A. Muzaki,I.K.Wardana, J.H. Hutapea, dan N.W.W. Astuti.2014   
Sinjal. H. 2014
Marcellia, S; E.L. Widiastuti, N. Nurcahyani, dan I.F. Rivai.2013
Kesuma, T.I;E.L. Widiastuti, N. Nurcahyati, G.N. Susanto. 2013
                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar